Rabu, 26 September 2012

Kemping plus Berbagi di Desa Cisadon

Sebagai bagian dari episode peringatan Milad pertama yang jatuh pada tanggal 19 April 2012, Komunitas Pecinta Alam Warna-Warni KPAWW) mengadakan perjalanan kemping yang berbeda dari biasanya dibandingkan beberapa perjalanan ke alam bebas yang pernah di helat sebelumnya. Agenda perjalanan ini meleburkan aktifitas hiking/kemping dalam format Bakti Sosial dengan tajuk, “Kemping Plus Berbagi ke Desa Cisadon”.




Ide Kemping Plus Berbagi ini datang dari rekan Maidani seorang KPAWW-ers yang juga Ketua IPALA (Indonesia Pecinta Alam) yang sedari awal bercerita tentang adanya sebuah Desa yang terpencil di satu area ketinggian daerah bogor, yang tak seberapa jauh dari pusat kota Jakarta tapi puluhan KK yang tinggal disana hidup serba sederhana dengan segala kemandiriannya, walau tanpa listrik ataupun sekolah formal untuk anak-anak usia sekolah disana. Dani bercerita bila ia dan IPALA sudah beberapa kali mengadakan Bakti Sosial di Desa ini termasuk perintisan pembangunan Musholla di desa ini dan momen ber-Qurban di Cisadon ketika Idul Adha setahun silam. Gayung bersambut, ide kemping sekaligus baksos ini ternyata di tanggapi antusias oleh rekan-rekan lainnya terutama untuk mem-konversi surplus dana dari pelaksanaan Bakti Sosial perdana KPAWW ke salah satu Panti Asuhan Balita di Jakarta awal tahun 2012.


Tanggal 21-22 April 2012 pun ditetapkan sebagai tanggal pelaksanaan Kemping plus berbagi ini dan setelah melalui beberapa kali rapat persiapan, kemudian disepakati kalau item baksos yang akan dilakukan adalah Pemberian Paket Sembako serta Pakaian Layak Pakai untuk 220 KK di Desa Wangun II (desa terakhir yang bisa diakses kendaraan sebelum berjalan 5-6 jam menuju Desa Cisadon yang terletak di ketinggian), dan 40 Paket Sembako, Pakaian Layak Pakai, Buku-Buku Bergizi untuk usia sekolah serta fasilitas-fasilitas penunjang pembelajaraan (lemari buku, alat- alat peraga, meja lipat atau lekar dll).



Jum’at, 20 April 2012

Episode Baksos sudah mulai berderap semenjak Jum’at Malam Pkl 19.30 WIB di sebuah rumah bilangan Kebon Jeruk, Jakarta Barat dengan episode pengepakan paket-paket sembako kedalam 260 kantung paket sembako berisi beras, minyak goreng, gula pasir, mie instant, kecap dll. Termasuk yang disiapkan malam itu adalah memilah-milah pakaian layak pakai dan mengelompokkannya ke dalam kardus-kardus yang akan dibawa. Waktu menunjukkan pkl 23.00 ketika pengepakan barang-barang baksos ini selesai dirampungkan. Beberapa rekan yang ikut membantu kemudian pulang ke rumahnya masing-masing untuk menjemput sabtu pagi yang sepertinya akan lebih penuh dinamika yang melelahkan. 



Sabtu. 21 April 2012



Sabtu Pagi di jemput dengan kedatangan pick-up untuk mengangkut paket-paket sembako, pakaian layak pakai serta buku-buku yang telah terkemas dengan rapi & siap didistribusikan di dua desa, wangun II & Cisadon. Sekitar Pkl 09.00 WIB, pick up yang saya tumpangi bersama 2 orang rekan mulai bertolak menuju tol jagorawi, sementara disaat yang sama rombongan besar peserta Baksos juga berangkat menuju Citeureup dengan angkutan umum via Kampung Rambutan yang nantinya akan mencarter angkot langsung menuju Desa Wangun II. Setelah beberapa kali berhenti untuk beberapa keperluan, pick up yang saya tumpangi keluar dari Tol Jagorawi di exit tol Sentul (Sirkuit) lalu melipir sebentar ke sebuat Mart untuk membeli beberapa logistik. Dari pertigaan sirkuit sentul, pick up di arahkan ke kanan ke arah Babakan Madang terus hingga bertemu pertigaan yang apabila ke kanan mengarah ke Kawasan Gunung Pancar, pick up mengambil jalur yang ke kiri ke arah desa Karang Tengah. Setelah melewati Gapura Desa Karang Tengah jalan yang dilalui mobil mulai sering menanjak dengan tanjakan yang cukup terjal, namun untungnya aspal yang dilalui berkategori mulus sehingga tidak menyulitkan Pick up melahap tanjakan-tanjakan yang dilalui walau diiringi hujan yang cukup deras. Jelang Pukul 12.00 WIB pick up pembawa barang tiba di perhentian akhir kendaraan sebelum menuju kediaman rumah ketua RW Desa Wangun II, Bpk. Ridwan, tempat dimana kegiatan pertama Baksos KPAWW akan dimulai 


Dari perhentian akhir pick up, paket-paket sembako dan pakaian layak pakai serta buku2 pendidikan harus dibawa dengan berjalan kaki naik melewati jalan-jalan tanah yang licin & becek menuju Rumah Pak Ridwan. Upaya pemindahan paket-paket bantuan ini rupanya cukup memakan waktu & melelahkan karena dari jalan aspal menuju ke Rumah Pak Ridwan melalui jalan setapak yang cukup jauh, ditambah dengan kondisi jalan yang terkadang menanjak cukup terjal dengan pijakan yang licin dan becek.

Pkl. 14.00 WIB prosesi pertama dari Baksos KPAWW pun dimulai dengan pembagian 220 Paket sembako & Pakaian Layak Pakai untuk 220 KK di Desa Wangun II, kepada beberapa perwakilan ketua RT yang ada di dusun Wangun II. Prosesi penyerahan bantuan secara simbolik ini ditanggapi antusias & diapresiasi oleh warga Wangun II, dan berharap silaturahmi semacam ini dapat terus berlangsung walau rekan-rekan KPAWW hanya sekedar mampir berkunjung. Selepas pendistribusian paket-paket baksos kepada perwakilan warga Desa Wangun II, peserta pun mulai mengepak paket-paket sembako, pakaian layak pakai, buku-buku, lemari & alat-alat peraga pendidikan serta belasan ekor ayam Bakar “Mas Mono” yang sudah matang & siap bakar untuk makan malam bersama warga Cisadon nantinya.

Dengan beberapa warga Desa Wangun II yang dimintai bantuan sebagai porter untuk mengangkut barang-barang baksos menuju Desa Cisadon, sekitar Pkl 15.00 dengan di awali do’a bersama dan mendung yang menggayut, rombongan pun mulai menapaki jalan menuju Desa Cisadon. 


Berderap Ceria dalam Trek Roller-Coaster menuju Cisadon

Trekking menuju Desa Cisadon di etape awal perjalanan menapaki Jalan tanah bercampur ilalang yang relatif datar dengan pemandangan rimbun hijau di kiri kanan jalan, serta berjalan melipiri pinggir sungai yang cukup deras di sebelah kanan. Trek perlahan mulai memperlihatkan tabiat kontur kawasan perbukitan yang terkadang sedikit menurun untuk kemudian menapak naik agak terjal. Beberapa sungai-sungai kecil dengan jembatan kayu buatan warga terkadang dilewati dengan air jernih melimpah di banyak titik sepanjang perjalanan.


1 jam perjalanan dari titik permulaan di desa Wangun II, hujan cukup deras menerpa dan tak berapa lama kemudian rombongan dihadapkan kepada aliran sungai cukup deras yang harus dilewati menuju dataran diseberangnya. Walau bisa menapaki batu-batu kali besar sebagai pijakan, rombongan tak ayal harus tetap melewati beberapa ruas dengan terjun berbasah ria dengan kedalaman sepaha orang dewasa. Dititik ini muncul pameo yang kemudian menjadi komoditi candaan sepanjang perjalanan bahwa, “ There is no such thing as Waterproof Shoes ” .. beberapa rekan yang trekking menggunakan sepatu yang diklaim “waterproof” & bertapak Vibram dijadikan sasaran candaan rekan lainnya dengan disuruh melapor ke pabrikan Hitec, Timberland, Karrimor, Eiger dll kalau klaim “waterproof” mereka adalah HOAX... hehehe. Yap, karena harus melintas sungai deras setinggi paha/lutut orang dewasa, alhasil bagian kaki pun sukses kebasahan tak terkecuali dalam sepatu.


Selepas melintas sungai, yang merupakan dataran terendah di kontur bukit menuju Cisadon, trek mulai menanjak terjal dalam rentang yang cukup lama namun berganti-ganti dengan ruas yang datar. Sekian lama menanjak, lalu datar, kemudian menanjak lagi sampai waktu Maghrib tiba untuk menyengaja berdiam untuk istirahat dan menyantap perbekalan nasi yang dibawa dari Desa Wangun II. Headlamp & Senter Tangan pun mulai dikeluarkan karena 3 jam ke depan perjalanan akan dilalui dalam kegelapan, dengan sedikit masih ditingkahi rintik hujan.


Trek yang terkadang menanjak panjang cukup membuat beberapa peserta kepayahan, tapi walau begitu suasana tetap dibawa ceria dengan canda-canda yang mengundang gelak tawa & teriakan-teriakan penyemangatan beberapa rekan. Rombongan terus berjalan walau santai tapi pasti menuju Cisadon.


Cisadon, Bumi kesendirian.. Bumi keterasingan


Setelah 6 jam berjalan melalui trek tak ubahnya roller coaster mengutip istilah seorang rekan, akhirnya sekitar pkl 21.00 WIB rombongan berhasil tiba di rumah kayu pertama kawasan Desa Cisadon. Sepertinya informasi sebelumnya dari Maidani, rumah kayu ini gelap tanpa penerangan sama sekali karena memang listrik tidak mengaliri desa Cisadon. Karena ramainya suara di keheningan malam di luar rumahnya, penghuni rumah gelap tersebut kemudian membuka pintu dan mengucap selamat datang di Cisado n dengan sapaan yang sangat riang dan bersahabat, dan berucap kalau kedatangan kami sudah dinanti dari sebelum Maghrib oleh warga-warga Cisadon. Didalam rumah ternyata sang penghuni rumah menyalakan lampu minyak dan lilin sebagai penerangan sederhana mereka. 


Ketika akhirnya wajah-wajah penghuni rumah kayu tersebut terpampang cukup jelas, kami semua yang ada disana sontak diam, speechless dengan keharuan menyeruak yang membuat beberapa rekan wanita tak kuasa menahan isak tangis. Kedua penghuni tersebut ternyata dua sosok suami-istri yang sudah tua renta, tapi senyum & wajah keduanya nampak sekali raut keikhlasan menghiasi wajah mereka. Dari obrolan bahasa Sunda beberapa rekan termasuk saya, diketahui kalau usia mereka sudah 80 tahunan dan rumah anak-anak serta cucu mereka juga ada di desa cisadon ini tapi jaraknya terpisah-pisah cukup jauh satu sama lain. Dari sorot senter yang memecah gelapnya malam, terlihat kalau disekitar rumah aki ada balong/kolam kecil dengan ikan-ikan didalamnya, kebun-kebun semisal cabai dll terjajar rapi. Nampak sekali kemandirian sandang-pangan warga cisadon ini walau mereka seperti tersekat dari peradaban diluar mereka. Berdiam beberapa lama di kediaman sepasang suami istri renta ini melahirkan kesimpulan yang sama diamini oleh seluruh rekan, betapa kita harus harus lebih bersyukur lagi dengan segala kondisi kehidupan yang menaungi kita di kota-kota besar dengan segala kemudahannya berbanding dengan segala keterbatasan di Cisadon.


Dari Rumah Aki & Nini, rombongan melanjut menuju kediaman Pak RT Cisadon sebagai shelter untuk menyimpan sebagian barang-barang baksos. Sekitar 15 menit berjalan akhirnya rombongan menjejak rumah kayu kediaman Pak RT, yang ternyata kedatangan kita sudah dinanti oleh pak RT dan beberapa warga yang menanti di kediaman Pak RT. Di kediaman Pak RT selain menaruh barang-barang bawaan Baksos, rombongan berdiam cukup lama untuk berbincang-bincang dengan Pak RT dan beberapa warga serta menghangatkan diri di sajian teh hangat dari tuan rumah serta berkerumunan di depan perapian kayu bakar disisi rumah Pak RT.


Dari kediaman Pak RT rombongan kemudian melanjut ke perhentian terakhir tempat dimana kami akan beristirahat, yaitu Musholla Desa Cisadon yang berhadapan dengan kediaman (Alm) Pak Hanu yang merupakan warga pertama yang tinggal di Cisadon, dengan lapangan yang cukup luas untuk mendirikan 10-15 tenda. Sesampai di “Basecamp” ini rombongan langsung terpecah ke beberapa titik peristirahatan. Beberapa rekan memilih tidur didalam Musholla bertemankan Sleeping Bag & Matras, beberapa lagi tetap menjaga “orisinalitas kemping” dengan mendirikan beberapa tenda, sementara rekan-rekan wanita beristirahat di pendopo kayu yg menyatu di belakang Musholla, cukup untuk menampung 10 – 15 orang tidur secara nyaman. Untuk Fasilitas MCK tidak perlu khawatir, karena ada 1 MCK yang siap digunakan terpisah dari Musholla dng air bersih yang melimpah.


Setelah bersih-bersih diri, berganti pakaian kering dan semua peralatan sudah tersimpan di peristirahatan masing-masing. Jelang pkl 24.00 WIB agenda Bakar Ayam bersama warga pun dimulai. Kayu-kayu bakar besar disulut dengan api, ayam-ayam pun ditusuk ibarat sate lalu dibakar. Nasi tak ketinggalan disiapkan oleh ibu-ibu Cisadon, dan tengah malam yang dingin di Cisadon pun berubah menjadi hangat oleh sajian ayam bakar super nikmat, dan menjadi lebih nikmat terasa karena ada bumbu “berbagi” didalamnya. Selepas Episode Ayam Bakar, semua terlelap dalam pembaringanny masing-masing hingga Subuh menjelang di Desa Cisadon.


Ahad, 22 April 2012


Ketika gelap perlahan beringsut berganti cerahnya pagi, keindahan & kedamaian Desa Cisadon mulai menyeruak memanjakan mata. Dinginnya pagi menjadi hangat ketika wajah-wajah ikhlas warga Cisadon mulai menghampiri tamu-tamu yang jauh berderap dari Jakarta demi berbagi serta menyaksikan dan merasakan damainya Cisadon. Di antara wajah-wajah ikhlas tersebut, berjajar wajah-wajah polos & belia, yang seharusnya mengenyam pendidikan seperti anak-anak di luar sana. Tiba-tiba rasa haru membuncah di dada saya demi mengingati kedua buah hati di rumah yang “dimanjakan” dengan segala kemudahan & fasilitas yg walau tak seberapa, tapi tetap jauh “lebih mewah” dibandingkan apa yang menjadi keseharian anak-anak di Cisadon.


Prosesi kedua dalam Agenda Baksos ini dimulai pkl 09.00 WIB, dengan penyerahan secara simbolik paket-paket sembako, pakaian layak pakai, lemari serta buku-buku pendidikan kepada perwakilan warga di desa Cisadon, untuk selanjutnya didistribusikan kepada sekitar 20-an KK yang berdiam di sekitar kediaman Alm. Pak Hanu.


Selepas berbenah, bersih-bersih diri & sampah lalu packing, seluruh rombongan sudah bersiap untuk pulang meninggalkan Cisadon di Pkl 10.00 WIB. Ada rasa haru yang menjalari semua peserta Baksos ketika menyalami satu persatu para penduduk Cisadon, kehangatan dan kedekatan interaksi sedemikian terbangun walau hanya satu malam yang terhabiskan di bumi keterasingan dan ketersendirian ini. Dan semua peserta meng-iyakan, bila ini adalah hanya sekedar momen pembuka untuk silaturahmi yang lebih banyak lagi dengan warga Cisadon ke depannya.


Perjalanan pulang di awali dengan menapaki dinding lereng bukit yang mengelilingi cisadon, dengan tanjakan terus tanpa henti selama 1 jam dengan diiringi hujan yang berganti-ganti antara deras dan gerimis sepanjang jalan. Selepas titik tertinggi di bukit, perjalanan berlanjut dengan jalur yang terus menurun. Perjalanan turun menuju kawasan Megamendung ini ternyata tak lebih ringan dibandingkan pendakian awal. Selain pacet-pacet yang kerap menghinggapi karena efek selepas hujan, jalur tanah yang licin dan becek membuat beberapa peserta tak jarang jatuh terjerembab. Akhirnya setelah 3 jam perjalanan, rombongan akhirnya bisa menjejak di jalur aspal yang mengarah ke Jalan Raya Puncak. Dan mengingat masih jauhnya titik awal aspal yang dijejak hingga ke Jalan Raya Puncak, rombongan menyepakati mencarter mobil warga untuk membawa hingga ke Jalan Raya Puncak, tak jauh dari Taman Matahari.


Waktu menunjukkan pkl 17.00 WIB ketika rombongan besar sudah duduk manis di Bis yang membawa menuju Kampung Rambutan, dengan membawa serta segenap cerita berkesan dari perjalanan berbagi menyesapi damainya Cisadon.

1 comments:

Unknown 5 Oktober 2021 pukul 21.44  

Assalamualaikum. Bang mau tanya waktu tahun 2012 ketua RT kampung cisadon itu namanya siapa ya? Mohon bantuan infonya bang karena saya sedang riset kampung cisadon bang. Terimaksih

  © Free Blogger Templates Spain by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP